Siapa bilang Soleman itu orang yang
jujur? Saya punya banyak bukti tentang ketidakjujurannya. Yang terbaru adalah
ketidakjujurannya untuk mengakui bahwa ia lulusan sebuah Pesantren besar di
Indonesia.
Saya, Soleman, dan seorang ta’mir
masjid waktu itu sedang berbincang santai sambil menunggu giliran membaca
Alquran sebagai tradisi malam-malam Ramadhan. Bapak ta’mir masjid berkisah
bahwa ia lulusan sebuah pesantren tetangganya pesantrennya Soleman. Sebelumnya
ia ikut tes di pesantrennya Soleman, tapi tidak lulus, sehingga menyeberang ke
pesantren sebelahnya. Bapak ta’mir masjid juga menyatakan bahwa ia asli orang
sini, tapi ikut konsulat Surabaya.
“Konsulat”, tampaknya itulah
pancingannya. Si Bapak menyatakan “konsulat” dengan kalimat lain yang
seakan-akan bermaksud menjebak Soleman agar lidahnya terpeleset sehingga tanpa
sadar menyebut kata “konsulat”. Jebakan yang lain adalah penyebutan singkatan
IPD untuk memancing Soleman mengeluarkan singkatan ISID.
Tetapi bukan Soleman namanya kalau
tidak ahli berpura-pura bloon demi menyembunyikan identitas kepesantrenannya.
Bukan karena Soleman tidak bersyukur bahwa ia termasuk segelintir santri yang bisa
lulus dari pesantren besar itu, apalagi lulus dengan predikat Jayyid Jiddan,
dan hanya berselisih dua angka dari predikat Mumtaz. Tetapi karena identitas,
apapun nama dan jenis identitas itu, bagi Soleman merupakan berhala yang sama
sekali tidak layak untuk dituhankan.
Jadi biarlah orang tahunya Soleman
agak bisa membaca Alquran, juga biarlah orang tahunya karena Soleman seorang
Penyuluh KB sehingga ia boleh berdiri di depan jamaah untuk menyampaikan kultum
yang tidak lain bentuk lain dari tindakan penyuluhan. Soleman merasa orang
tidak perlu tahu bahwa ia bisa membaca Alquran karena didikan tegas ibunya,
juga orang tidak perlu tahu bahwa ia bisa nyerocos menyebutkan satu per
satu ayat-ayat Alquran beserta “tafsir bi nafsi-nya” karena ia lulusan
Pesantren.
“Orang-orang memang perlu dikagetkan dan
dibungkam dengan kenyataan yang tidak mereka harapkan,” kata Soleman
mengomentari tulisan saya yang membahas tentang “ketidakjujurannya”.
"Kenyataan yang tidak diharapkan" yang dimaksud Soleman itu barangkali seperti Ibrahim yang diam-diam meng-kapak berhala-berhala yang dituhankan oleh kebodohan kaumnya.
Sakura 225, 20 Agustus 2012 – 08:55
0 comments:
Post a Comment