Pirlo: Perlu!
Rasanya
baru kemarin AC Milan mengutuki diri. Sebuah kebijakan yang kurang bijaksana
memutuskan kontrak Andrea Pirlo tak diperpanjang. Siapa pun pengambil kebijakan
itu, dasarnya satu: Pirlo sudah habis. Dalam sepakbola, kecuali posisi penjaga
gawang, 33 tahun termasuk kelompuk usia lansia. Sedangkan untuk jenis olahraga
yang membutuhkan stamina muda, sehebat apapun skill seorang Pirlo, sekali
lansia tetap lansia. Sang lansia pun akhirnya disingkirkan. Dengan status bebas
transfer, Juventus pun keruntuhan durian.
Dasar
"seniman", sekecewa dan semarah apapun Pirlo, tak satu pun media yang berhasil
mendapatkan komentar kekecewaan atau kemarahan Pirlo. Seniman selalu “lebih
besar” dari kekecewaan, kemarahan, atau bahkan kebencian. Pirlo pergi, begitu
saja.
Sebagai
seorang yang sangat setia kepada AC Milan dan telah berjasa cukup besar
mengantar AC Milan memenangi berbagai trofi, Pirlo lebih dari sekadar wajar
untuk memuntahkan kekecewaan dan kemarahannya kepada klub yang tak tahu
berterimakasih dan mengkhianatinya itu. Tapi tidak. Pirlo diam saja, sambil menyunggingkan
seulas senyum. Senyum yang sunyi namun nyaring berbunyi, “Kita lihat saja
nanti.”
Walhasil,
Juventus yang dikomandani Andrea Pirlo sukses menyingkirkan AC Milan dalam
perebutan scudetto. Keadaan pun
berbalik. Andrea Pirlo hanya butuh waktu satu tahun untuk ganti “menyingkirkan”
penyingkirnya. AC Milan pun tersungkur.
Kisah
“kelapangan hati dan kebesaran jiwa” yang berkombinasi dengan “seni tingkat
tinggi” Pirlo tidak selesai di Juventus. Kisah itu berlanjut di Piala Eropa
2012. Sebuah “elusan” bebas, sebuah penalti “menggemaskan”, dan tiga gelar man of the match ia “tuliskan”. Italia
pun melenggang ke final. Sebuah “perjalanan” yang seakan-akan menunjukkan bahwa
bersama Italia, Andrea Pirlo ganti “menyingkirkan” orang-orang yang sebelumnya
“menyingkirkan” Italia dari daftar kandidat juara Piala Eropa.
Melihat
performa Pirlo, Bos Inter Milan Massimo Moratti pun akhirnya tak bisa untuk tak
bicara, “Apakah saya menyesal menjual Pirlo? Kalau kami menyesal, bagaimana
perasaan AC Milan ya?"
Moratti
pun tak sungkan membeberkan rahasia kelapangan hati dan kebesaran jiwa Pirlo,
“Karakter dan kemampuan dia membuat semuanya terlihat mudah, terutama karena
setiap pergerakannya adalah untuk tim, dan tak pernah untuk dirinya sendiri."
Balotelli: Watak Keras, Kerja Keras,
Kartu As!
Berbeda
dengan Pirlo yang disingkirkan karena faktor usia, Balotelli disingkirkan
karena faktor kejiwaan. Kejiwaan yang kurang stabil membuat Balotelli terlibat
pertengkaran dengan rekan setim bahkan dengan pelatihnya sendiri. Akibatnya,
suasana tim menjadi kurang harmonis. Sedangkan keharmonisan merupakan salah
satu syarat kesuksesan sebuah tim. Akhirnya Balotelli pun disingkirkan.
Mancini
pun tak ragu untuk menampung Balotelli. Sebuah keyakinan yang berdasar pada
kenyataan: Mancini pun adalah seorang “seniman”. Dan hanya para seniman yang
bisa mengendalikan keabsurdan, bahkan mengubah keabsurdan itu menjadi sebuah “karya
seni” bermutu tinggi. Kesuksesan Manchester City menjuarai Liga Inggris tak
lepas dari peran “karya seni” bernama Balotelli.
Tapi
Balotelli tidak hanya disingkirkan. Ia juga dihina, bahkan kehadirannya di
timnas Italia hampir ditolak. Warna kulitnya menyebabkan ia menjadi korban
rasisme. Kebengalannya menyebabkan ia dikhawatirkan oleh banyak kalangan akan
menyulut disharmoni dalam tim Italia. Italia sebagai tim sepakbola maupun
Italia sebagai negara seakan-akan setengah hati menerima Balotelli sebagai
pemain mereka maupun sebagai warga negara mereka.
Balotelli
beruntung, sebab Italia dilatih oleh Cesare Prandelli yang tak lain adalah juga
seorang “seniman”. Di tangan Prandelli, Balotelli kembali menjadi “karya seni”
bermutu tinggi: dua gol berkelas dilesakkan oleh Balotelli ke gawang Jerman,
satu melalui heading keras, satu lagi
melalui shooting keras. Jerman yang
dijagokan banyak kalangan akhirnya menangis keras-keras.
Kartu
As! Barangkali itulah kata yang tepat untuk menggambarkan watak keras dan kerja
keras Balotelli. Dan Italia sebagai tim sepakbola maupun sebagai negara
akhirnya bersedia mengakui bahwa mereka butuh Balotelli. Sehitam apapun warna
kulit Balotelli.
Tulisan
ini tidak bertujuan untuk menambah jumlah komentator sepakbola yang kebanyakan
asal bunyi dan ngawur. Tulisan ini sekadar pengembangan dari hasil renungan
yang insya Allah tidak asal-asalan: ada
banyak Pirlo dan ada banyak balotelli di sekitar kita. Ada banyak orang
disingkirkan, ada banyak orang dihina, ada banyak orang tidak diterima di
sekitar kita. Bahkan bisa jadi kita sendirilah yang orang yang menyingkirkan,
menghina, atau menolak keberadaan Pirlo-Pirlo maupun Balotelli-Balotelli itu.
Maka
sebelum kita mengalami penyesalan sebagaimana yang dialami Inter Milan, Ac
Milan, maupun orang-orang yang meremehkan timnas Italia, akan baik kiranya jika
tindakan menyingkirkan, menghina, atau sikap menolak siapa saja itu segera kita
singkirkan dari hati dan jiwa kita.
Namun
jika ternyata kita justru adalah salah satu dari Pirlo-Pirlo atau Balotelli-Balotelli
itu, sikap yang dipilih Pirlo ketika “disingkirkan” AC Milan tampaknya baik
untuk ditiru. Dan “pembuktian diri” ala balotelli juga bisa diterapkan jika
keadaan memang memaksa kita untuk “membuktikan diri”.
Sakura 225, 1 Juli 2012 – 17:05
1 comments:
Hanya dengan minimal Deposit Rp 20.000,- kamu berkesempatan memenangkan hadiah Jackpot hingga puluhan juta. Tunggu apa lagi..
Hanya di Aslibandar.net kamu mendapatkan Bonus Mingguan dan Bonus Double Referral 20% secara cuma-cuma.
Daftar dan buktikan hadiah dari Aslibandar.net yang akan membuat kamu merasa puas di sertai Costomer Service yang ramah dan siap membantu anda para pencinta Poker Online Indonesia. !!!
Untuk Info lebih lanjut silahkan hubungi kami melalui :
* Ym: Aslibandar_Cs
* Phone: 855976375885
* Fb: AsliBandar
* Skype: AsliBandar
* Whatsapp: 85569776588
* BBM: 2B3C34F4
Post a Comment