Friday, December 28, 2012

Dianggap-Tidak Dianggap

Pukul setengah sembilan. Suatu waktu yang lumayan siang untuk jam masuknya seorang pegawai negeri yang bertugas duduk di kursi, tetapi lumayan biasa bagi pegawai negeri yang petugas lapangan.
Kusempatkan ngothok secangkir kopi. Kusempatkan pula merokok sebatang matahari. Di sela-sela nikmatnya rokok dan kopi, satu lembar SMS aku kirimkan ke 11 nomor “kekasih-kekasih anugerah Tuhanku”: Assalamualaikum. Diberitahukan kepada seluruh PPKBD Kec. Anu bahwa jadwal pertemuan bulan ini dimajukan ke hari Anu tanggal Anu bulan Anu tahun Anu. Matursuwun.
S...rejo, G...u II, Gi...ti, dan Te...ng membalas dengan segera dan dengan nada yang sama. Sementara yang lainnya tidak membalas karena nomernya sedang tidak aktif, atau karena sedang tidak punya HP, dan mungkin juga karena sedang tidak punya cadangan pulsa. Yang pasti, tidak ada seorang pun dari mereka yang tidak bisa ber-SMS. 
Gedung kantor baru yang masih terkunci karena belum selesai instalasi listriknya serta hanya tersedianya satu buah meja dan satu buah kursi kerja untuk dua orang petugas lapangan membuatku berinisiatif untuk langsung meluncur ke kantor induk di Blora tanpa “mampir” dan “pamitan” dulu di kantor cabang kecamatan.Tujuan pertama adalah kantor induk bagian utara. Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) sebesar Rp. 1.064.000,- (dipotong Rp. 15.000,- untuk “iuran” menggaji pegawai honorer) dalam amplop putih bernomor 15 menantiku di sana. Si TPP tidak sendirian. Ikut menantiku juga adalah Tunjangan Beras sebesar Rp. 76.500,- (dipotong Rp. 8.000,- untuk mengganti biaya kalender KORPRI).
Ketika melangkah meninggalkan kantor, E63-ku bergetar. Langkahku terhenti tepat di depan pintu kantor. 3 SMS dalam inbox dan 4 panggilan tak terjawab. Dan 1 nomor tak terdaftar. Masing-masingnya seakan meminta untuk segera ditanggapi. 
Terhadap nomor tak terdaftar, kukirimkan kepadanya: siapa? Tak berapa lama, nomor tak terdaftar itu menelpon, “Saya Pak Anu, Mas. Ketua Panwas. Panwas butuh seorang bendahara, dan bendahara itu harus seorang PNS. Makanya saya minta Mas untuk menjadi bendahara panwas.”
Aku terdiam sejenak. Bendahara? Bukankah itu tentang uang? Dan mengapa aku yang dipilih untuk berurusan dengan sesuatu yang aku sendiri sebenarnya sangat tidak berminat untuk berurusan dengannya?
“Yang lain saja, Pak,” jawabku. Tapi tampaknya Ketua Panwas itu bisa memikirkan apa yang aku pikirkan. “Tidak apa-apa, Mas. Jenengan saja. Kita belajar bersama-sama.”
Dalam tempo sepersekian detik dan dengan memohon perlindungan dan pertolongan Allah, aku memutuskan untuk mengiyakan. “Kami butuh nama, NIP, dan pangkat-golongan jenengan,” pinta ketua Panwas itu. “Saya sedang dalam perjalanan, nanti saya kirimkan,” jawab saya.
Sementara itu, SMS yang lain berisi pertanyaan tentang apakah seluruh PPKBD sudah di-SMS-i tentang perubahan hari pertemuan, dan SMS yang satunya lagi berisi permintaan tolong untuk “memberesi” file Microsoft Excel berjudul R/I/KS yang tidak bisa dibuka karena ektensinya berubah dari .xls menjadi .scr.
Setelah SMS-SMS dan panggilan-panggilan itu terselesaikan, segara kuluncurkan kuda biru mudaku ke kantor induk bagian selatan. Untuk tujuan kedua: menyelesaikan kekurangan penghitungan data  Rek.Kec dan KPS/KS. Benar-benar merepotkan. Aku yang sejatinya “buta angka” mau tak mau harus menggunakan mata yang lain untuk melihat kemudian menghitung dengan “rumus sederhana” deretan angka yang bagiku tampak seperti gerombolan babi hutan.
Dalam kerumitan itu, sebuah SMS dari ketua Panwas masuk, “Sekretariat di PKBM timur Polsek.”
Aku memutuskan untuk tidak perlu datang ke tempat yang ditunjukkan. Toh, aku sama sekali tidak membutuhkan jabatan itu. Kecuali kalau Allah memang menghendaki aku untuk datang ke sana. Jadi, terhadap SMS itu, aku merasa cukup untuk membalasnya dengan nama lengkap, NIP, dan pangkat-golonganku. Terserah akan mereka apakan tiga hal itu. Toh, aku sudah berserah kepada Allah atas segala kemungkinan yang mungkin maupun yang tidak mungkin terjadi.
Kurang lebih satu jam, selesailah gerombolan babi hutan itu. Kuhisap rokokku. Kepada orang yang bertanggung jawab atas “keselamatan” babi-babi hutan dari seluruh kecamatan yang tak lain adalah juga temanku, aku bercerita, “Aku diminta menjadi bendahara Panwas.”
“Sip lah kalau begitu,” jawabnya pendek. Sementara itu, seorang perempuan pegawai honorer yang kebetulan berada di dekatku dan kebetulan mendengar obrolanku dengan temanku itu menanggapi, “Bersyukur kalau begitu, berarti sampean dianggap.”
Dianggap? Tiba-tiba hatiku tersenyum kecut. “Aku ini lebih baik tidak dianggap daripada dianggap.”
Pojokwatu, 12 Desember 2012

2 comments:

The Most Successful Sites for Crypto, Casino & Poker - Goyang
Goyang Casino https://access777.com/ & Poker is 출장안마 one of the most famous and well known crypto gambling sites, founded goyangfc in 2012. They are poormansguidetocasinogambling popular casinosites.one because of their great

Post a Comment