Assalamualaikum wa rahmatullahi
wa barakatuhu.
Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita
dipertemukan kembali terutama dalam rangka bersilaturahim, yang oleh basa-basi
pemerintahan pertemuan kita ini diberi judul Rapat Koordinasi Tingkat
Kecamatan, dan yang kemudian oleh tradisi kesederhanaan kita sebut dengan
Pertemuan PPKDB.
Sebelum segala sesuatunya
dimulai, secara pribadi saya mohon maaf karena jadwal pertemuan ini dimajukan
pada hari ini dari yang biasanya dilaksanakan pada tanggal 21 tiap bulannya,
sehingga yang hari ini seharusnya menjaga warung, atau yang hari ini seharusnya
mencari dan mengumpulkan ungker, atau yang seharusnya hari ini mengolah
sawah, terpaksa tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
Oleh karena itu, terimakasih
saya sampaikan atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan ini, meski tidak ada
janji bahwa honor kader akan diterimakan hari ini, meski tidak ada janji bahwa
akan ada uang transport, juga meski tidak ada janji bahwa honor kader sejumlah
4 bulan kali sekian ribu sekian ratus rupiah yang digelapkan (dalam hati: digasak)
oleh seseorang yang kini telah pensiun itu akan dikembalikan.
Sebelum pengarahan lebih inti
dan lebih rinci dari Koordinator PLKB (dalam hati: seharusnya PLKB
Koordinator), alasan mengapa pertemuan kita ini dimajukan adalah kerja. Ya,
kerja. Kita akan mempunyai pekerjaan yang dijadwalkan oleh kantor induk
dilaksanakan pada tanggal 20 di pendopo bupati. Jadi, perlu kiranya perencanaan
yang matang yang salah satu caranya adalah dengan memajukan jadwal pertemuan
sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan itu bisa jelas tanpa
menyisakan bias.
Kerja. Bahasa Alquran-nya:
‘amal. Dan yang dicatat dan dibukukan oleh malaikat sebagai kebaikan adalah
‘amal baik kita, bukan seberapa banyak uang kita, seberapa tinggi jabatan kita,
bukan pula seberapa hebat bapak-ibu dan kakek-nenek moyang kita.
Salah satu unsur kebaikan
adalah kesungguhan. Demi terdapatnya unsur itulah, maka pada hari ini dibagikan
kepada jenengan Buku Kerja. Benar-benar Buku Kerja, sebagaimana yang
tertulis di sampul buku itu. Adapun jika ada dua dari sebelas buku itu yang
tulisannya bukan Buku Kerja melainkan Professional dan satu lagi Succesfull,
itu bukanlah sebuah kesengajaan.
Tadi malam saya sempatkan waktu
satu jam untuk memilihkan buku untuk jenengan sekalian. Tapi begitulah
keadaan kabupaten kita saat ini, segalanya serba terbatas. Tidak hanya anggaran
untuk rakyat saja yang terbatas (dalam hati: terbatas karena dipangkas untuk
membiayai ketakterbatasan nafsu sekelompok orang tertentu), bahkan buku-buku di
toko buku maupun di toko-toko ATK pun juga terbatas. Sehingga terpaksa ada dua
buku yang berbeda. Tapi jangan khawatir, harganya sama. Lagipula, tak ada
gunanya harga kalau tak ada gunanya.
Sering saya dapatkan kebenaran
dari kebetulan. Maka, jika kebetulan ada dua buku yang berbeda tulisan di
sampulnya, semogalah menjadi doa: kerja kita adalah kerja yang profesional (‘amal
shalih) sehingga kerja kita mencapai kesuksesan (succesfull).
Buku-buku ini tidak dimaksudkan
untuk membuat jenengan sekalian lupa terhadap “musibah” yang menimpa kita.
Tidak dimaksudkan untuk seperti memberi mainan baru kepada anak kecil untuk
membuatnya lupa kepada mainan lama. Tidak. Buku itu sekadar untuk membuat kita
bisa berpikir bahwa di antara kita ada peristiwa saling memikirkan.
Jadi, sebelum jenengan
melangkah lebih jauh bersama saya, kita perlu sepakat pada satu hal. Yaitu
tentang honor jenengan yang digelapkan. Jika saya boleh memberi usul,
marilah kita ikhlaskan. Mengikhlaskan bukan berarti kita lemah dan kalah.
Tidak. Malah yang sebenarnya lemah adalah orang yang membawa lari hak jenengan.
Ia lemah hatinya sehingga dikalahkan oleh nafsunya.
Sekali lagi ini sekadar usul,
karena sungguh tidak sopan kalau saya menyebut ini sebagai saran, sebab
seberapalah harga saran seorang anak muda di hadapan jenengan-jenengan yang
telah lebih lama menjalani aneh dan lucunya hidup di dunia. Dan alangkah tak tahu
dirinya jika saya sebut ini sebagai saran sementara di hadapan saya adalah ibu
kepala desa, ibu sekretaris desa, ibu kaur kesra, ibu kaur pemerintahan, atau
ibu pengusaha.
Inti usul saya adalah mari kita
maafkan ia yang lemah hatinya dan dikalahkan nafsunya itu. Ya, memaafkan. Tapi
tidak melupakan. Yang tidak boleh kita lupakan adalah pelajaran berharga dari
peristiwa itu. Jenengan semua tahu, yang terluka bukan hanya jenengan,
tapi juga saya. Saya mungkin tidak merasa kehilangan hak saya dalam bentuk
uang, tapi saya perlu waktu hampir dua bulan untuk membereskan prasangka buruk
banyak orang kepada saya tentang siapa yang sesungguhnya menggelapkan uang hak jenengan
itu.
Tetapi saya kembali kepada Ia
yang mengizinkan terjadinya segala bentuk musibah. Percayalah, jika musibah
kita pandang dengan mata-barakah, dia yang membawa lari hak kita itulah yang
sebenarnya perlu kita kasihani. Ia mungkin perlu bertahun-tahun atau bahkan hingga
turun-temurun untuk melunasi hutangnya kepada kita. Sebaliknya, musibah itu,
asal kita ikhlas secara total, akan menyebabkan datangnya barakah Allah kepada
kita tanpa kita harus bersusah payah dan berebutan.
Mungkin, duduknya saya beserta
segala atribut yang pathing trembel di depan jenengan sekalian
saat ini adalah barakah dari musibah yang menimpa saya sebelumnya. Duduknya
saya di sini berbeda dengan kebanyakan orang yang sampai mengeluarkan ongkos
ratusan juta atau kebanyakan orang yang menumpang hubungan keluarga atau
kebanyakan orang yang bertahun-tahun mengabdi sekadar untuk bisa “menjadi”.
Itulah insya Allah
barakah. Saya sebut barakah karena “kemenjadian” saya insya Allah tidak
berhenti sebagai “kemenjadian” saya, melainkan berlanjut menjadi kemaslahatan
bagi orang lain.
Maka semoga kita sepakat untuk
memaafkan ia yang telah melukai kita, sehingga langkah bersama kita, sehingga
kerja sama kita selanjutnya, adalah langkah dan kerja yang barakah bagi kehidupan
kita bersama.
Sekian mukadimah dari saya. Ada
kurang tepat dan kurang berkenannya saya mohon maaf. Selanjutnya, mari kita
simak dengan seksama arahan dari koordinator PLKB.
Wassalamualaikum wa rahmatullah
wa barakatuh.
Catatan (ujung kuku ibu jari) kaki: Ceramah ini disampaikan pada pertemuan PPKBD Kec. Samxxng di Pendopo Kecamatan pada hari Kamis tanggal 13 Desember 2012.
Catatan (ujung kuku ibu jari) kaki: Ceramah ini disampaikan pada pertemuan PPKBD Kec. Samxxng di Pendopo Kecamatan pada hari Kamis tanggal 13 Desember 2012.
0 comments:
Post a Comment