Sunday, December 16, 2012

Mukadimah Pertemuan PPKBD Akhir Tahun 2012




Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita dipertemukan kembali terutama dalam rangka bersilaturahim, yang oleh basa-basi pemerintahan pertemuan kita ini diberi judul Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan, dan yang kemudian oleh tradisi kesederhanaan kita sebut dengan Pertemuan PPKDB.

Sebelum segala sesuatunya dimulai, secara pribadi saya mohon maaf karena jadwal pertemuan ini dimajukan pada hari ini dari yang biasanya dilaksanakan pada tanggal 21 tiap bulannya, sehingga yang hari ini seharusnya menjaga warung, atau yang hari ini seharusnya mencari dan mengumpulkan ungker, atau yang seharusnya hari ini mengolah sawah, terpaksa tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.

Oleh karena itu, terimakasih saya sampaikan atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan ini, meski tidak ada janji bahwa honor kader akan diterimakan hari ini, meski tidak ada janji bahwa akan ada uang transport, juga meski tidak ada janji bahwa honor kader sejumlah 4 bulan kali sekian ribu sekian ratus rupiah yang digelapkan (dalam hati: digasak) oleh seseorang yang kini telah pensiun itu akan dikembalikan.

Sebelum pengarahan lebih inti dan lebih rinci dari Koordinator PLKB (dalam hati: seharusnya PLKB Koordinator), alasan mengapa pertemuan kita ini dimajukan adalah kerja. Ya, kerja. Kita akan mempunyai pekerjaan yang dijadwalkan oleh kantor induk dilaksanakan pada tanggal 20 di pendopo bupati. Jadi, perlu kiranya perencanaan yang matang yang salah satu caranya adalah dengan memajukan jadwal pertemuan sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan itu bisa jelas tanpa menyisakan bias.

Kerja. Bahasa Alquran-nya: ‘amal. Dan yang dicatat dan dibukukan oleh malaikat sebagai kebaikan adalah ‘amal baik kita, bukan seberapa banyak uang kita, seberapa tinggi jabatan kita, bukan pula seberapa hebat bapak-ibu dan kakek-nenek moyang kita.

Salah satu unsur kebaikan adalah kesungguhan. Demi terdapatnya unsur itulah, maka pada hari ini dibagikan kepada jenengan Buku Kerja. Benar-benar Buku Kerja, sebagaimana yang tertulis di sampul buku itu. Adapun jika ada dua dari sebelas buku itu yang tulisannya bukan Buku Kerja melainkan Professional dan satu lagi Succesfull, itu bukanlah sebuah kesengajaan.

Tadi malam saya sempatkan waktu satu jam untuk memilihkan buku untuk jenengan sekalian. Tapi begitulah keadaan kabupaten kita saat ini, segalanya serba terbatas. Tidak hanya anggaran untuk rakyat saja yang terbatas (dalam hati: terbatas karena dipangkas untuk membiayai ketakterbatasan nafsu sekelompok orang tertentu), bahkan buku-buku di toko buku maupun di toko-toko ATK pun juga terbatas. Sehingga terpaksa ada dua buku yang berbeda. Tapi jangan khawatir, harganya sama. Lagipula, tak ada gunanya harga kalau tak ada gunanya.

Sering saya dapatkan kebenaran dari kebetulan. Maka, jika kebetulan ada dua buku yang berbeda tulisan di sampulnya, semogalah menjadi doa: kerja kita adalah kerja yang profesional (‘amal shalih) sehingga kerja kita mencapai kesuksesan (succesfull).

Buku-buku ini tidak dimaksudkan untuk membuat jenengan sekalian lupa terhadap “musibah” yang menimpa kita. Tidak dimaksudkan untuk seperti memberi mainan baru kepada anak kecil untuk membuatnya lupa kepada mainan lama. Tidak. Buku itu sekadar untuk membuat kita bisa berpikir bahwa di antara kita ada peristiwa saling memikirkan.

Jadi, sebelum jenengan melangkah lebih jauh bersama saya, kita perlu sepakat pada satu hal. Yaitu tentang honor jenengan yang digelapkan. Jika saya boleh memberi usul, marilah kita ikhlaskan. Mengikhlaskan bukan berarti kita lemah dan kalah. Tidak. Malah yang sebenarnya lemah adalah orang yang membawa lari hak jenengan. Ia lemah hatinya sehingga dikalahkan oleh nafsunya.

Sekali lagi ini sekadar usul, karena sungguh tidak sopan kalau saya menyebut ini sebagai saran, sebab seberapalah harga saran seorang anak muda di hadapan jenengan-jenengan yang telah lebih lama menjalani aneh dan lucunya hidup di dunia. Dan alangkah tak tahu dirinya jika saya sebut ini sebagai saran sementara di hadapan saya adalah ibu kepala desa, ibu sekretaris desa, ibu kaur kesra, ibu kaur pemerintahan, atau ibu pengusaha.

Inti usul saya adalah mari kita maafkan ia yang lemah hatinya dan dikalahkan nafsunya itu. Ya, memaafkan. Tapi tidak melupakan. Yang tidak boleh kita lupakan adalah pelajaran berharga dari peristiwa itu. Jenengan semua tahu, yang terluka bukan hanya jenengan, tapi juga saya. Saya mungkin tidak merasa kehilangan hak saya dalam bentuk uang, tapi saya perlu waktu hampir dua bulan untuk membereskan prasangka buruk banyak orang kepada saya tentang siapa yang sesungguhnya menggelapkan uang hak jenengan itu.

Tetapi saya kembali kepada Ia yang mengizinkan terjadinya segala bentuk musibah. Percayalah, jika musibah kita pandang dengan mata-barakah, dia yang membawa lari hak kita itulah yang sebenarnya perlu kita kasihani. Ia mungkin perlu bertahun-tahun atau bahkan hingga turun-temurun untuk melunasi hutangnya kepada kita. Sebaliknya, musibah itu, asal kita ikhlas secara total, akan menyebabkan datangnya barakah Allah kepada kita tanpa kita harus bersusah payah dan berebutan.

Mungkin, duduknya saya beserta segala atribut yang pathing trembel di depan jenengan sekalian saat ini adalah barakah dari musibah yang menimpa saya sebelumnya. Duduknya saya di sini berbeda dengan kebanyakan orang yang sampai mengeluarkan ongkos ratusan juta atau kebanyakan orang yang menumpang hubungan keluarga atau kebanyakan orang yang bertahun-tahun mengabdi sekadar untuk bisa “menjadi”.

Itulah insya Allah barakah. Saya sebut barakah karena “kemenjadian” saya insya Allah tidak berhenti sebagai “kemenjadian” saya, melainkan berlanjut menjadi kemaslahatan bagi orang lain.

Maka semoga kita sepakat untuk memaafkan ia yang telah melukai kita, sehingga langkah bersama kita, sehingga kerja sama kita selanjutnya, adalah langkah dan kerja yang barakah bagi kehidupan kita bersama.

Sekian mukadimah dari saya. Ada kurang tepat dan kurang berkenannya saya mohon maaf. Selanjutnya, mari kita simak dengan seksama arahan dari koordinator PLKB.

Wassalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Catatan (ujung kuku ibu jari) kaki: Ceramah ini disampaikan pada pertemuan PPKBD Kec. Samxxng di Pendopo Kecamatan pada hari Kamis tanggal 13 Desember 2012.

0 comments:

Post a Comment