Friday, November 16, 2012

Waliyyullah atau Waliyyuljin atau Waliyyusysyaithan

Seorang mahasiswi, oleh ketidakpercayaan dirinya kepada dirinya sendiri dan terutama kepada kasih-sayang Tuhan terhadap orang-orang yang mau mendayagunakan akal pikirannya, datang kepada seorang “kyai”. “Besok saya ujian,” kata si mahasiswi, “jadi saya minta tolong agar saya berhasil dalam ujian itu.”

Si “kyai” manggut-manggut. Dan entah atas dasar apa, dengan begitu percaya dirinya si “kyai” membekali si mahasiswi dengan “sesuatu”, “Bacalah surat Anu 7 kali sebelum engkau mengerjakan soal-soal ujian.”

Besoknya, karena sangat tidak percaya dirinya, si mahasiswi tidak sempat makan pagi. Rasa gugupnya membuat surat Anu lebih bergizi dibanding sepiring nasi. Sejak bangun pagi, itu surat Anu sudah ia baca. Dalam perjalanan menuju ruang kuliah, mulutnya juga tetap komat-kamit membaca surat Anu itu.

Surat Anu itu ternyata benar-benar ampuh. Tak lama setelah soal ujian dibagikan, si mahasiswi bertingkah tak wajar. Teman-temannya sepakat bahwa ia kesurupan. Sementara teman-temannya yang tahu tentang surat Anu 7 kali sepakat bahwa si mahasiswi kesurupan karena tidak mengikuti petunjuk si “kyai”, “Lha wong disuruh membaca 7 kali thok kok dibaca berkali-kali.”

Tapi selalu, di antara banyak yang sepakat akan ada satu yang tak sepakat. Jangankan di antara manusia, di antara malaikat dan di hadapan Tuhan langsung, ketidaksepakatan tentang kemuliaan Adam (manusia) pun terjadi. Pada “waktu itu”, Iblis terbukti keliru. Tapi pada waktu ini, benarlah Iblis: lihatlah manusia yang hampir semuanya berlomba-lomba menghinakan kemanusiaan dirinya sendiri.

Satu yang tidak sepakat itu berkata kepada dirinya sendiri, “Lha wong mau ujian kok minta tolong kepada “kyai”. Lha wong dikasih akal pikiran kok minta bacaan. Lha wong ada air jernih kok milih air comberan. Lha wong ada Ilahi kok minta tolong kyai. Lha wong ada iyya-Ka nasta’in lha kok iyya-kyai nas’tain.”

Gumam diri sejenak berhenti. Seteguk kopi mengalir membasahi pori-pori. Selanjutnya, “Karena tidak mengikuti petunjuk kyai yang cuma menyuruhnya membaca 7 kali? Hei, kebenaran macam apakah itu? Mengapa banyak orang itu tidak berpikir bahwa bahwa kesurupannya si mahasisiwi itu karena pasukan jin kiriman si “kyai” itu marah sebab “7” sebagai kemauannya itu tidak dituruti? Sejauh yang kuketahui, kalau 7 kali itu benar dari Tuhan, yang mewujud adalah ekstase semisal tarian Rumi atau kebesaran jiwa Rabiah. Petunjuk Tuhan mewujud dalam bentuk keindahan dan kedamaian. Sedangkan kesurupan, adakah satu senti saja dari adegan kesurupan itu yang disebut sebagai keindahan dan kedamaian? Jadi, masih akan ngototkah kalian bahwa si “kyai” itu adalah “wasilah” menuju Tuhan? Kalau kalian percaya adanya waliyullah, akan tidak percayakah kalian kalau waliyyusysyaithan dan waliyyuljin pun ada? Waliyullah ataukah waliyyuljin kah si kyai itu, menurut kalian? Oh, waliyullah ya? Ya sudah kalau itu menurut kalian. Kalau begitu, tolong sebutkan kepadaku ciri-ciri ke-waliyullah-an si “kyai” itu kepadaku satu persatu, sehingga bisa kujelaskan pula secara satu-persatu ke- waliyyuljin-an si “kyai” itu kepada kalian.” 

Sementara itu, si mahasiswi yang kesurupan itu, karena dirasa mengganggu jalannya ujian, akhirnya “disingkirkan”. Seakan-akan semua sepakat: para jin dilarang ikut ujian, sebab ujian itu hanya diperuntukkan bagi para setan.

Sakura 225, 15 Nopember 2012 – 14:52

0 comments:

Post a Comment