Saturday, October 20, 2012

Kriminalisasi Penafsiran

Dia : Saya perlu bersiap-siap untuk menjadi khatib Shalat Id (‘Id Adha). Apakah engkau mempunyai buku kumpulan khutbah? 

Saya : Tidak. Saya senantiasa berusaha menyusun sendiri kalimat-kalimat yang akan saya sampaikan kepada orang lain. Kalimat-kalimat yang senantiasa lahir dari rahim Pengetahuan-Pengalaman atau Pengalaman-Pengetahuan, kanak-kanak di alam Perenungan, dewasa di alam Pemahaman, dan kemudian tua di alam Penyampaian. 

Dia : Baiklah, kalau begitu saya akan mencoba untuk menyusun naskah khutbah sendiri. Untuk temanya, bagaimana kalau kisah perintah penyembelihan Ismail saya hubungkan dengan perintah untuk mentaati orang tua? 

Saya : Tidak bisa. Itu namanya hubungan yang dipaksakan. Bisa juga disebut sebagai kriminalisasi penafsiran. Tidak, sekali-kali tidak. Ismail berkata, “Jika itu memang perintah Allah, laksanakanlah, sehingga semoga aku termasuk sebagai orang yang sabar.” Perhatikan: “Jika itu memang perintah Allah”. Jadi yang ditaati oleh Ismail bukan bapaknya, melainkan Allahnya. 

Dia tertegun. Saya terkejut. Di atas jelas bukan kata-kata saya. Jadi siapakah yang menggerakkan lisan saya?

Tukbuntung, 18 Oktober 2012

0 comments:

Post a Comment