Wednesday, October 31, 2012

Jurusan Ngarit


Jika Anda mempunyai seekor atau beberapa ekor kambing sehingga Anda berkewajiban untuk menyediakan rumput bagi kambing Anda tersebut dan rumput itu Anda dapatkan dengan cara memotongnya dengan sabit kemudian memasukkan genggam demi genggam rumput itu ke dalam karung atau keranjang, maka apa yang Anda lakukan itu disebut dengan ngarit.

Ngarit, jika diterjemahkan secara lebih luas ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti sebuah aktivitas mencarikan makanan bagi sesuatu yang di dalam sesuatu terkandung sebagian dari harapan kita. Pada kambing, harapan kita biasanya adalah bahwa kambing itu akan laku dijual dengan harga yang lebih besar dari harga beli, atau harapan lain yang lebih tinggi misalnya bahwa kambing tersebut akan kita "persembahkan" kepada Tuhan pada Idul Adha tahun depan.

Jadi, ngarit merupakan sebuah pekerjaan yang bernilai positif. Tetapi, seperti yang terkandung pada segala hal di dunia ini, ngarit pun tak lepas dari kemungkinan untuk dinilai negatif. Misalnya penggunaan kata "jurusan ngarit" yang sewaktu kuliah dulu sering kami pakai sebagai bahan olok-olok di mana yang diolok-olok adalah kami sendiri.

Istilah "Jurusan Ngarit" waktu itu lahir mungkin disebabkan oleh agak putus asanya kami dengan peluang ijazah kuliah kami di medan pertandingan lowongan pekerjaan setelah kelulusan kami. Mungkin juga istilah itu lahir dari cara kami menjalani hari-hari perkuliahan: seenaknya sendiri, persis seperti cah ngarit yang berangkat ke padang rumput dengan pakaian seenaknya.

Itu makna yang ada waktu itu. Tapi seiring berjalannya waktu, tiba-tiba kami dapati istilah yang bernilai negatif itu ternyata merupakan sebuah doa yang sebagian besar terkabulkan. Adapun yang belum terkabulkan, insya Allah akan segera menyusul yang sudah terkabulkan.

Kami berjumlah 25 orang. Hampir semuanya berasal dari Keluarga PraSejahtera atau setidaknya Keluarga Sejahtera 1. Bekal kami cuma dua: bahasa Arab/Inggris dan kemauan yang kuat untuk menuntut ilmu. tataplah wajah-wajah kami: wajah-wajah lugu yang seakan-akan tidak punya sedikit pun peluang untuk mengatasi persaingan yang didominasi oleh unsur keuangan dan kekeluargaan, kolusi dan nepotisme. Zaman seakan berkata kami, "Kalau engkau tak punya bokap, nyokap, paman, saudara, atau uang yang bisa mengantarkanmu memenangi persaingan, tahu dirilah."

Tetapi Tuhan mengatasi segala zaman. Tak bisa saya sebutkan satu persatu, tapi meskipun teman-teman saya itu tidak tahu kalau saya tahu, saya tahu bahwa sebagian besar kami, dalam waktu yang tidak lama dari kelulusan kami, berhasil memenangkan persaingan tanpa bantuan uang ataupun jaringan keluarga. Alhamdulillah saya getarkan, Karena keberhasilan-keberhasilan itu hampir semuanya "berbau" ngarit: menyediakan "makanan" untuk orang lain.

Sakura 225, 01 Nopember 2012 - 18:24

0 comments:

Post a Comment